Membiasakan anak untuk melakukan manajamen sejak dini itu sangat penting loh Bunda! Mengapa demikian? Sejatinya ilmu berwirausaha itu bisa dipelajari dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Dimulai dari aktivitas sederhana yang bisa dilakukan sehari-hari misalnya melalui transaksi jual beli, menerapkan operasi hitung, memprediksi hubungan sebab-akibat, serta kemampuan memunculkan ide dan inovasi sesuai daya imajinasinya.
Jiwa wirausaha merupakan jiwa kemandirian seseorang dalam mencari sumber penghasilan, dengan menyalurkan keterampilan dan kreativitasnya. Namun perlu diingat bahwa jiwa wirausaha itu bukan hanya sekedar upaya untuk menghasilkan uang dan keuntungan semata, melainkan lebih ke proses seseorang untuk bersedia sepenuhnya mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, serta hubungan sosialnya untuk mendapat kepuasan pribadi dan pastinya mencapai keberhasilan dari apa yang telah diusahakan.
Anak-anak akan merasa senang apabila mereka ikut dilibatkan dalam proses perencanaan suatu hal. Kegiatan tersebut dapat menstimulasi kemampuan berpikir kritis pada anak, sehingga hal tersebut akan berdampak pada kemampuan bertahan hidup di era yang terus berkembang dan di dunia kerja nantinya. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menanamkan jiwa kewirausahaan pada anak usia dini:
1. Mengapresiasi Ide Anak
Kita pasti pernah menjumpai anak-anak yang sering mengutarakan gagasan di luar nalar orang dewasa bukan? Ternyata hal seperti ini sangat wajar loh Bunda! Karena anak-anak masih berada di fase perkembangan Praoperasional, artinya anak belum mampu berpikir secara konkret. Mungkin kita sebagai orang dewasa seringkali menghakimi pendapat yang diutarakan oleh anak tanpa kita sadari. Tindakan seperti ini justru dapat membunuh karakter anak-anak, karena mereka akan merasa bahwa pendapatnya tidak diterima di lingkungannya. Dampaknya anak akan merasa tidak percaya diri untuk menyampaikan idenya dan akan cenderung pasif ketika berada di sebuah forum. Yang perlu kita lakukan yaitu menghargai setiap pendapat anak, biarkan anak mencoba melakukan apa yang diinginkannya selagi itu tidak membahayakan anak, serta mendukung dan memfasilitasi kreativitas anak.
2. Membiasakan Anak untuk Konsisten
Dalam memulai hal-hal baru seringkali kita masih mempunyai semangat yang menggebu-gebu. Namun semangat itu perlahan akan surut ketika kita sudah menghadapi yang namanya hambatan dan kegagalan. Hal itu pula yang harus kita tanamkan pada anak, bahwa menjadi entrepreneur itu perlu proses. Mindset yang perlu diberikan pada anak yaitu kegagalan itu merupakan guru terbaik di kehidupan, sedangkan kesuksesan itu merupakan buah dari kegagalan. Ketika orang tua sering memberikan motivasi yang membangun, maka akan tercipta karakter anak yang tidak mudah menyerah.
3. Menerapkan Sistem Rekapitulasi Aktivitas Anak
Sistem rekapitulasi disini merupakan sistem perhitungan antara hal baik dan hal buruk yang dilakukan anak dalam satu hari. Orang tua dan anak bisa membuat perjanjian dengan catatan apabila anak melakukan satu hal kebaikan maka akan dihargai misalnya dengan uang dengan nominal yang telah disepakati bersama. Begitu pula sebaliknya, apabila anak melakukan satu hal buruk maka nominalnya akan dikurangi. Kemudian biarkan anak yang mencatat atau melaporkan rekapitulasi kegitannya dalam satu hari. Pada mulanya anak akan termotivasi melakukan hal-hal baik dengan dalih ingin mendapat rewardnya saja. Akan tetapi, jika diterapkan secara terus menerus hal ini akan melatih kemampuan anak dalam menentukan hubungan sebab-akibat, mengetahui bahwa segala sesuatu memiliki resiko, dan anak tumbuh menjadi pribadi bertanggung jawab.
Autor:
Leony Debora Jayadininggar