Saat ini hampir di seluruh penjuru dunia sedang dihebohkan dengan serangan Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2) yang berasal dari kota Wuhan di Tiongkok yang muncul sejak Desember 2019, adapun penyakit akibat virus ini disebut Covid-19. Virus corona menyebabkan terjadinya guncangan pada pasar ekonomi dan tenaga kerja, yang berdampak terhadap tersendatnya pasokan barang dan jasa serta konsumsi dan investasi. Kita ketahui saat ini dampak serangan virus corona di sektor ekonomi sangat terasa. Ancaman virus corona membuat pemerintah kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat untuk berpergian seta menghindari kerumanan massal. Bahkan, di beberapa negara ada yang memberlakukan lockdown yang menyebabkan terjadinya penurunan kegiatan perekonomian khususnya di sektor manufaktur dan jasa.
Di Indonesia, serangan virus corona mengakibatkan “guncangan” beberapa sektor bisnis di Indonesia. Serangan virus corona telah mengakibatkan berbagai sektor terdampak di Indonesia seperti sektor keuangan, pertambangan, otomotif, transportasi (darat, laut, dan udara), konstruksi, pariwisata, pertanian, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Seperti yang kita ketahui bahwa negara Tiongkok merupakan sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, menguasai 34% total perdagangan dunia, dan 30 % penghasil komponen elektronik di dunia. Apalagi pada sektor UMKM, 70% bahan baku mereka untuk kegiatan produksi berasal dari negeri Tiongkok.
Sejak resmi diumumkan oleh presiden joko widodo pada tanggal 2 maret tentang warga Indonesia yang resmi terjangkit virus corona, maka semakin hari, jumlah penduduk Indonesia yaang terserang virus corona semakin banyak. Berdasarkan data worldometer yang diunduh pada hari senin 20 April 2020 pukul 16.15 wib, bahwa virus corona telah mengakibatkan terjadinya 2.415.299 kasus denganjumlah kematian 165.195 orang serta yang sembuh sebanyak 629.513 orang. Khusus untuk negara Indonesia sendiri, serangan virus corona menghasilakn 6.760 kasus, dengan total kematian 590 orang, serta total yang sembuh sebanyak 747 orang. Kemudian berdasarkan data tambahan dari kemenkes per 20 April 2020 pukul 12.000 wib bahwa terdapat 5.423 orang yang sedang dalam perawatan.
Tidak peduli dengan kondisi bisnis yang serba ke dalam ketidakpastian, “asap dapur” harus terus “mengepul”, tentu saja keberlanjutan bisnis dan eksistensi bisnis harus terjaga. Banyak perusahaan yang mulai mengurangi aktivitas karyawan di perusahaan dengan memberlakukan kebijakan Work From Home hingga melakukan pemutusan hubungan kerja akibat dampak pandemi virus corona. Untuk itu, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan pihak perusahaan untuk menjaga keberlanjutan bisnis dan eksistensi bisnis dengan melakukan monitoring melalui Business Intelligence. Menurut Siswosoemarto (2012) bahwa business intelligence merupakan suatu metodologi yang mencermati dan mengolah berbagai informasi maupun gejolak serta berbagai perubahan eksternal yang memiliki dampak strategis pada organisasi. Business Intelligence mempunyai banyak kegunaan bagi perusahaan seperti yang diungkapkan Banerjee dan Mishra (2015), dimana Business Intelligence mampu memenuhi kebutuhan perusahaan mengenai akses ke informasi dan juga mekanisme manajemen data yang efektif.
Pada intinya kegiatan Business Intelligence dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap lini perusahaan sebagai bahan analisis di dalam proses pengambulan keputusan strategis dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang lebih efisien dan efektif dalam rangka meraih profit yang optimal. Di dalam konsep Business Intelligence sendiri informasi yang di dapat bisa dari internal dan eksternal adari perusahaan, dimana Business Intelligence lebih menekankan pada penerapan 5 pendayagunaan informasi untuk keperluan spesifik bisnis yaitu data sourcing, data analysis, situation awareness, risk analysis, dan decission support. penghinpunan data seagai sumber informasi data dilakukan secara primer seperti mewawancarai customer, distributor hingga melakukan diskusi maupun wawancara dengan mentor bisnis bahkan pesaing bisnis. sedangkan data sekunder bisa didapatkan melalui surat kabar, majalah bisnis, radio, media online,televisi, kajian lembaga riset dan lain sebagainya.
Tentunya setelah pengumpulan dan pengolahan data dari kegiatan business intelligence, maka akan diperoleh data mengenai kondisi bisnis saat ini yang terjadi seperti kekuatan “amunisi” modal usaha perusahaan di kala pandemi, bagaimana daya beli dan perilaku masyarakat dengan adanya serangan virus corona, serta apa saja kebijakan pemerintah terhadap dunia usaha yang terkait dampak eerangan virus corona. Selain itu, melalui kegiatan Business Intelligence, juga untuk mendapatkan informas tentang perkiraan kapan serangan virus corona dapat berakhir, bagaimana perilaku masyarakat pasca serangan virus corona, bagaiamana kebijakan pemerintah pasca serangan virus corona berakhir, bagaimanana kiprah para pesaing bisnis pasca serangan virus corona, bagaimana persediaan bahan baku di pasar, serta kapan waktu yang tepat untuk bisnis dapat berjalan dengan normal pasca serangan pandemi virus corona.
Setelah mendapatkan berbagai informasi dari kegiatan business intelligence, maka perusahaan dapat segera menetapkan keputusan tentang strategi bisnis yang dilakukan selama serangan virus corona ini terjadi berkaitan dengan kondisi dan posisi perusahaan saat ini. salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan pada saat kondisi pandemi terjadi setelah melakukan kegiatan business intelligence adalah strategi selective mainbtenance yang merupakan suatu strategi yang dilakukan pada saat kondisi perusahaan masih kondisi “lemah” serta belum mampu menangkap peluang pasar yang relatif masih recovery pasca serangan virus corona. Di dalam strategi selective maintenance, langkah yang dapat ditempuh perusahaan adalah dengan melakukan konsolidasi internal perusahaan serta memberi batasan dengan hanya melayani pasar tertentu dengan cermat, serta perusahaan harus menyadari serta menahan diri untuk meraih keuntungan semaksimal mungkin bahkan menjadi penguasa pasar dalam waktu dekat karena masih”lesunya” pasar pasca serangan virus corona. Ketika serangan virus corona berakhir, kondisi pasar masih “lesu”, sehingga perusahaan harus merancang ulang strategi bisnis Tentu saja yang perlu ditanamkan di benak perusahaan di dalam merancang ulang strategi bisnis ini adalah mengetahui kondisi pasar pasca pandemi virus corona serta mengetahui kondisi internal perusahaan pada saat menjalankan kembali aktivitas bisnis agar pemilihan strategi yang dipilih dapat sesuai sehingga hasilnya dapat lebih optimal. Bagi perusahaan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Australia, dan Prancis informasi yang diperoleh dari kegiatan business intelligence lazim digunakan sebagai acuan di dalam merancang strategi perencanaan dan pengembangan bisnis ke depannya. Demikian pula di Indonesia, sudah saatnya perusahaan atau sektor usaha melaksanakan kegiatan business intelligence dalam rangka mendukung perusahaan dalam memutuskan strategi yang dijalankan untuk mendukung eksistensi bisnis pada saat serangan virus corona terjadi maupun pasca serangan virus corona berakhir.