Apakah Anda sedang memilih sekolah untuk balita? Ketahuilah apa kelebihan metode montessori bagi perkembangan golden age si kecil. Apa itu metode montessori? Metode montessori merupakan sebuah sistem pendidikan yang membantu setiap anak meraih potensinya di semua bidang kehidupan. Metode ini telah dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori dimana lebih dari 100 tahun lalu telah terbukti sukses diterapkan di berbagai negara yang berbeda-beda kulturnya.
Maria Montessori percaya bahwa setiap individu harus mengedukasi dirinya sendiri, sedangkan guru menyediakan informasi dan bimbingan kepada siswa di lingkungan yang edukatif. Ia merasa bahwa tujuan pendidikan usia dini haruslah memupuk keingintahuan anak-anak, kecintaan mereka pada ilmu pengetahuan, serta keinginan yang kuat untuk terus belajar.
Prinsip dasar metode montessori adalah sebagai berikut;
Pendekatan perorangan dalam belajar
Kombinasi pendidikan akademik dan sosial
Memupuk didorong untuk berani melakukan eksplorasi
Konsep abstrak dipresentasikan secara nyata
Keterampilan dan rutinitas yang diajarkan di sekolah akan diterapkan anak dalam kehidupannya sehari-hari hingga dewasa
Metode Montessori mengajarkan lima bidang utama antara lain;
1.Kemampuan berbahasa
2.Konsep matematika
3.Budaya
4.Sensorik
5.Kehidupan sehari-hari
Untuk pendidikan usia dini, penerapan metode montessori di sekolah pada umumnya adalah sebagai berikut;
1.Kemampuan berbahasa
Anak-anak dilatih untuk berkomunikasi di hadapan orang banyak. Salah satu contohnya adalah meminta anak-anak bercerita atau mempresentasikan tema tertentu setiap minggu di kelas. Selain itu, anak-anak dapat diperkenalkan dengan huruf melalui permainan. Mereka tidak akan merasa sedang belajar, tetapi mereka akan mengingat semuanya karena bermain. Kemampuan setiap anak berbeda, sehingga guru tidak memaksa setiap anak melakukan hal yang sama di saat yang sama.
2.Matematika
Untuk pembelajaran matematika untuk PAUD bukanlah belajar perkalian atau rumus-rumus. Matematika mencakup belajar mengenal aneka bentuk, memahami mana ukuran yang lebih besar/kecil, mengenal angka, dan sebagainya. Tanpa disadari, anak-anak belajar angka dan berhitung melalui permainan dan lagu. Mereka mengenal konsep bentuk melalui permainan puzzle atau blok. Dan mereka akhirnya dapat mengurutkan balok mulai dari yang besar hingga terkecil karena bermain membuat menara.
3.Budaya
Selanjutnya anak-anak juga diajarkan budaya agar lebih beradab seperti belajar mengantri, sikap sopan santun, tata krama, dan kebaikan. Selain itu mereka diajarkan cara mencuci tangan yang baik dan dilakukan rutin sebelum makan. Program bermain di halaman sekolah pun dapat dimanfaatkan untuk mengajar anak untuk bersikap sportif saat kalah dalam perlombaan dan juga membuat anak bergerak.
Saat ada dua anak bertengkar, guru mengajarkan anak untuk meminta maaf dan memaafkan. Mungkin dari kita ada yang ingat dengan berita viral tentang guru Australia yang mengatakan bahwa lebih baik murid-murid bisa mengantri daripada pandai berhitung tetapi tidak bisa mengantri. Mungkin saja disinilah kelemahan sistem pendidikan yang masih dirasakan di Indonesia. Dimana aspek akademis lebih ditekankan daripada aspek budaya, tata krama, dan moralitas, padahal kesuksesan seseorang lebih ditentukan dari WQ, bukan IQ.
4.Sensorik
Bila Anda sebagai orang tua sering kesal karena si kecil gemar mengacak-ngacak seisi rumah, maklumilah karena mereka sedang mengembangkan kemampuan indra sensoriknya. Di sekolah bermetode Montessori, anak-anak diperkenalkan dengan mainan yang melatih indra sensorik, misalnya botol sensorik, bermain pasir, kacang-kacangan, dan sebagainya. Selain menjadi kegemarannya, permainan dengan kacang hijau, mereka bisa diminta untuk memasukkan butir demi butir ke botol, sehingga melatih gerak motorik halus mereka. Tak hanya itu, musik dan tari pun bisa diajarkan agar anak tidak hanya diam melulu, tapi aktif bergerak.
5.Kehidupan sehari-hari
Anak-anak diajarkan berbagai keterampilan yang membuatnya menjadi mandiri, misalnya cara menggunakan kaos kaki, sepatu, baju, dan celana sendiri. Mereka juga diajarkan cara memegang piring dan gelas, serta makan sendiri selayaknya orang dewasa. Semua kegemaran balita dapat dijadikan proses belajar. Misalnya balita gemar sekali bermain air dengan cara menuang air dari wadah satu ke wadah lainnya.
Metode montessori mengajarkan mereka menyiram tanaman sambil menumbuhkan rasa cinta kepada alam dan lingkungan. Anak-anak pun gembira karena bisa menyiramkan air dari gelas ukur ke pot tanama
Maria Montessori percaya bahwa setiap individu harus mengedukasi dirinya sendiri, sedangkan guru menyediakan informasi dan bimbingan kepada siswa di lingkungan yang edukatif. Ia merasa bahwa tujuan pendidikan usia dini haruslah memupuk keingintahuan anak-anak, kecintaan mereka pada ilmu pengetahuan, serta keinginan yang kuat untuk terus belajar.
Prinsip dasar metode montessori adalah sebagai berikut;
Pendekatan perorangan dalam belajar
Kombinasi pendidikan akademik dan sosial
Memupuk didorong untuk berani melakukan eksplorasi
Konsep abstrak dipresentasikan secara nyata
Keterampilan dan rutinitas yang diajarkan di sekolah akan diterapkan anak dalam kehidupannya sehari-hari hingga dewasa
Metode Montessori mengajarkan lima bidang utama antara lain;
1.Kemampuan berbahasa
2.Konsep matematika
3.Budaya
4.Sensorik
5.Kehidupan sehari-hari
Untuk pendidikan usia dini, penerapan metode montessori di sekolah pada umumnya adalah sebagai berikut;
1.Kemampuan berbahasa
Anak-anak dilatih untuk berkomunikasi di hadapan orang banyak. Salah satu contohnya adalah meminta anak-anak bercerita atau mempresentasikan tema tertentu setiap minggu di kelas. Selain itu, anak-anak dapat diperkenalkan dengan huruf melalui permainan. Mereka tidak akan merasa sedang belajar, tetapi mereka akan mengingat semuanya karena bermain. Kemampuan setiap anak berbeda, sehingga guru tidak memaksa setiap anak melakukan hal yang sama di saat yang sama.
2.Matematika
Untuk pembelajaran matematika untuk PAUD bukanlah belajar perkalian atau rumus-rumus. Matematika mencakup belajar mengenal aneka bentuk, memahami mana ukuran yang lebih besar/kecil, mengenal angka, dan sebagainya. Tanpa disadari, anak-anak belajar angka dan berhitung melalui permainan dan lagu. Mereka mengenal konsep bentuk melalui permainan puzzle atau blok. Dan mereka akhirnya dapat mengurutkan balok mulai dari yang besar hingga terkecil karena bermain membuat menara.
3.Budaya
Selanjutnya anak-anak juga diajarkan budaya agar lebih beradab seperti belajar mengantri, sikap sopan santun, tata krama, dan kebaikan. Selain itu mereka diajarkan cara mencuci tangan yang baik dan dilakukan rutin sebelum makan. Program bermain di halaman sekolah pun dapat dimanfaatkan untuk mengajar anak untuk bersikap sportif saat kalah dalam perlombaan dan juga membuat anak bergerak.
Saat ada dua anak bertengkar, guru mengajarkan anak untuk meminta maaf dan memaafkan. Mungkin dari kita ada yang ingat dengan berita viral tentang guru Australia yang mengatakan bahwa lebih baik murid-murid bisa mengantri daripada pandai berhitung tetapi tidak bisa mengantri. Mungkin saja disinilah kelemahan sistem pendidikan yang masih dirasakan di Indonesia. Dimana aspek akademis lebih ditekankan daripada aspek budaya, tata krama, dan moralitas, padahal kesuksesan seseorang lebih ditentukan dari WQ, bukan IQ.
4.Sensorik
Bila Anda sebagai orang tua sering kesal karena si kecil gemar mengacak-ngacak seisi rumah, maklumilah karena mereka sedang mengembangkan kemampuan indra sensoriknya. Di sekolah bermetode Montessori, anak-anak diperkenalkan dengan mainan yang melatih indra sensorik, misalnya botol sensorik, bermain pasir, kacang-kacangan, dan sebagainya. Selain menjadi kegemarannya, permainan dengan kacang hijau, mereka bisa diminta untuk memasukkan butir demi butir ke botol, sehingga melatih gerak motorik halus mereka. Tak hanya itu, musik dan tari pun bisa diajarkan agar anak tidak hanya diam melulu, tapi aktif bergerak.
5.Kehidupan sehari-hari
Anak-anak diajarkan berbagai keterampilan yang membuatnya menjadi mandiri, misalnya cara menggunakan kaos kaki, sepatu, baju, dan celana sendiri. Mereka juga diajarkan cara memegang piring dan gelas, serta makan sendiri selayaknya orang dewasa. Semua kegemaran balita dapat dijadikan proses belajar. Misalnya balita gemar sekali bermain air dengan cara menuang air dari wadah satu ke wadah lainnya.
Metode montessori mengajarkan mereka menyiram tanaman sambil menumbuhkan rasa cinta kepada alam dan lingkungan. Anak-anak pun gembira karena bisa menyiramkan air dari gelas ukur ke pot tanama